Minggu, 31 Mei 2009

Prof Larry Cheung, Menolong Ummat Manusia Dengan Teknonogi

Seorang jenius, pemilik lebih dari 149 hak paten di Amerika, penemu Tech-BIA (teknologi pengatur informasi bio), penemu obat-obatan bio untuk berbagai penyakit yang tidak tersembuhkan, penemu pupuk bio yang ramah lingkungan, dan perawat lingkungan yang komprehensi dan efisien, ini hanya beberapa dari pencapaian yang luar biasa dari Profesor Larry Cheung (Zhang Lingyu); tapi setelah kontak dekat beberapa kali dengan profesor ini beserta timnya, kami menyadari ada sesuatu yang lebih penting daripada gelar dunia. Selama lebih dari 30 tahun, Profesor Cheung berkecimpung dalam riset informasi bio, Tech-BIA Technology yang merupakan penemuan dalam riset ilmiah kehidupan, yang didasarkan atas bagaimana informasi berubah di antara materi-materi aktif (seperti sel yang hidup, protein yang hidup, dan gen yang hidup) serta materi tidak aktif yang mati. Sampai hari ini, teknologi ini telah digunakan dalam bidang bio-medis (62 pencapaian ilmiah), perawatan lingkungan hidup yang komprehensif dan efisien, serta standar pertanian bio....

Baca Selanjutnya>>

Sabtu, 25 April 2009

AYUB S. PARNATA Penemu Bakteri Kompos Organik

Setelah jasad renik berhasil dibiakkan, menentukan formulasi pupuk yang tepat tidak semudah membalikkan telapak tangan. Berbagai komposisi dicoba dan hasilnya kebanyakan gagal. Misal ketika diujicobakan ke suatu lahan padi, bukannya menjadi subur, tanaman malah hangus terbakar. Begitu pun ketika diuji pada bunga kesayangan, anggrek. Si cantik eksklusif itu daunnya berguguran satu-per satu.

Mirip Thomas Alva Edison yang tak pernah berhenti meneliti sampai berhasil, Ayub tidak berputus asa terhadap kegagalan yang ditemui. Penyilang 10.100 anggrek itu terus mencari jalan untuk memperbaiki penemuannya. Kerja kerasnya baru terbayar setelah berkutat 17 tahun. Ayub menemukan campuran pupuk yang tepat. Ramuan terbuat dari bahan-bahan organik dan mikroba-mikroba menguntungkan. Pertama kali dicobakan pada lahan jagung, hasilnya menakjubkan. Produksi yang semula hanya 600 kg/ha, meningkat pesat menjadi 8,5 ton. Tak heran jika Menteri Pertanian waktu itu tertarik berkunjung ke perkebunannya.

Ayub pun kian semangat meracik pupuk dari bahan-bahan organik yang mudah didapat dan berharga murah. Ikan laut, daging apkir atau limbah hewan digunakan. Bahan baku itu diperoleh dari daerah pesisir. Bila kekurangan, ia mengimpor dari Cili dan Denmark. Investasi yang dikeluarkan tidak main-main. Empat rumah miliknya direlakan dijual untuk melengkapi sarana produksi.

Baca Selanjutnya...

Joe Hin Tjio, WNI Penemu Kromosom 46

Tjio sedang mencoba mempelajari kromosom manusia dan tanpa sengaja
Pada pagi hari 22 Desember 1955 terjadi penemuan luar biasa.
Dengan menggunakan teknik untuk pemisahan kromosom pada sediaan gelas
Yang dikembangkan Dr. T.C. Hsu dari Universitas Texas di Galveston, Tjio melakukan perbaikan bagi teknik itu.
Ternyata metode barunya itu mampu menghitung dengan tepat jumlah kromosom manusia yang ada pada jaringan embryonic paru-paru manusia sebanyak 46 bukan 48
Seperti yang diperkiraan para ilmuwan pada masa itu. “Saya sangat terkejut bahwa jumlahnya 46 tidak seperti perkiraan orang di masa itu yakni 48 buah,” Ujarnya dalam memoar yang ditulis di NIH Record.

Temuan revolusionernya itu kemudian dipublikasikan Di sebuah jurnal Skandinavia bernama Heriditas pada 26 Januari 1956 hanya dalam waktu satu bulan empat hari hari sejak temuannya itu.

Pada tahun 1958 Tjio pergi ke Amerika Serikat dan pada 1959 Ia begabung menjadi staf National Institute of Health di Bethesda, Maryland, AS. Di sini ia mengabdikan diri dalam riset kromosom manusia.
Tambah Gambar
Pada tanggal 6 Desember 1962 Presiden AS, John F. Kennedy menganugerahi dirinya Penghargaan International Prize Award winner of Joseph P. Kennedy, Jr Foundation. Penghargaan itu diberikan kepada Tjio atas risetnya mengenai keterbelakangan mental.

Tjio pensiun pada tahun 1992 dan akhirnya wafat tahun 2001.

Baca Selanjutnya...

Dr Achmad Subagio MAgr, Penemu Modifikasi Tepung Gaplek

31 Januari 2009

Setelah setahun meneliti, akhirnya Subagio berhasil memodifikasi tepung gaplek menjadi bahan yang kaya manfaat. Temuannya diberi nama Modified Cassava Flour (Mocal), yakni tepung ubi kayu termodifikasi.

Apa bedanya dengan tepung gaplek? Subagio menerangkan, tepung gaplek, pembuatannya lebih sederhana. Yakni, ubi kayu dikeringkan, lalu digiling menjadi tepung. “Kalau Mocal, melalui beberapa proses kimia,” katanya. Di antaranya, ubi kayu difermentasikan dulu. “Difermentasikan di sini bukan berarti dibuat tape lho,” katanya. Setelah itu, dikeringkan. Mengeringkannya, 3/4 menggunakan matahari. “Kita juga menggunakan alat pengering hibrida agar terjamin hieginitasnya,” katanya.

Setelah dikeringkan, ubi ketela itu akan berbentuk chips (seperti keripik). Selanjutnya, baru digiling, diayak (disaring), dikemas menjadi produk tepung serbaguna.

“Bedanya dengan tepung gaplek, kalau tepung gaplek bau ketelanya masih dominan sehingga kadang baunya apek,” katanya. “Tapi, tepung Mocal kami cita rasa ketelanya hampir nggak ada. Sekitar 70 persen rasa singkongnya hilang,” jelas pria yang juga berhasil meneliti koro sebagai pengganti kedelai dan telah diterapkan di Afrika Selatan itu.

Berkat proses kimia yang diterapkan pada Mocal, Subagio berhasil menjadikan tepung gaplek memiliki tingkat viskositas (kekentalan) dan tingkat elastisitas adonan yang tinggi. “Kalau tepung gaplek itu tidak bisa dijadikan bahan pembuatan kue, tepung Mocal buatan kami bisa,” kata bapak satu anak itu.

Baca Selanjutnya...


Adjie Koesoemo Penemu Beras Merah Putih

Adji, laki-laki kelahiran kelahiran Yogyakarta 4 November 1965. Dia adalah salah satu cicit Sultan Hamengku Buwono VII. Menurut Adji, saat beras Merah Putih ditemukan dua tahun lalu, berjumlah 160 butir. Selain beras ada juga jagung dan kacang hijau di dalamsatu wadah.

Didorong rasa ingin tahu yang sangat tinggi, Adji pun mencari berbagai cara untuk melestarikan padi itu kendatipun, dengan spekulasi. Dia beserta kawannya bernama Hertanto, mereka memilah- milah beras yang masih tampak bagus, dan didapat 120 bulir yang masih memiliki mata beras. Untuk percobaan di bagi dua, 100 butirt ditanam telanjang atau polos apa adanya, sedangkan sisanya ditutupi media sekam padi rojolele.

"Saya harap-harap cemas, ini bisa tumbuh apa tidak. Tapi menakjubkan, dari 120 yang ditanam ternyada ada 88 berkecambah, dan ada tujuh batang yang tumbuh dengan masing-masing dua anakan, jadi ada 21 batang padi. Semua saya juga cemas, karena sampai umur tiga bulan, tinggi padi hanya 5 cm, barulah umur limasetengah bulan terlihat tinggi dan berbuah. Dari 21 induknya dihasilkan 2.411 bulir padi yang kemudian dibudidayakan di 12 daerah," kata Adji berseri-seri.

Setelah dapat panen pertana, generasi kedua, beras merah putih dikembangkan di berbagai daerah seperti Kediri, Sumenep, Pati, Banyumas, Sabdodadi-Bantul, Banjarnegara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Bali, untuk dibudidayakan. bahkan saat ini, sudah dikembangkan di 230 titik di berbagai provinsi.

Baca Selanjutnya...

Paulus Watang Penemu Mesin Multi Guna

Oleh : Zohiri Kadir
07-Des-2007, 04:39:09 WIB - [www.kabarindonesia.com]
KabarIndonesia - Paulus Watang peraih Danamon Award 2007 untuk kategori Usaha skala kecil menceritakan kepada Kabarindonesia, bagaimana ia menemukan mesin multi guna ini.

Berawal dari perenungan yang ingin ikut mensejahterakan rakyat banyak yang selalu hidup susah dan dengan satu tekad yang keras dan selalu berdoa pada Tuhan Yang Maha Kuasa dan semoga dapat mengilhami perenungan ini. Suatu hari di Nusa Tenggara Timur (NTT) saya melihat begitu banyak tumpukan besi, kardus, kertas plastik dan sampah-sampah yang lainnya kenapa tidak dimanfaatkan dan didaur ulang. Hal inilah yang memacu saya untuk terus merenung. Akhirnya pada awal tahun 1999, kata Paulus, saya mulai melakukan percobaan, dengan memotong besi sesuai dengan gambar dan keinginan saya, awalnya saya gagal, tetapi saya coba lagi. Akhirnya suatu hari saya menemukan suatu sistem yang terpadu yang dapat menghancurkan sampai menjadi bubur sampah-sampah yang tadinya tidak berguna dan dapat dubuat pellet (makanan ikan).
Mesin yang saya ciptakan ini dengan menggunakan pisau putar sehingga bisa menggiling apa saja karena terbuat dari baja, sehingga dapat menghasilkan tepung, bubur dan pellet. Mesin ini juga sangat cocok untuk membuat jamu yang berasal dari rempah-rempah, seperti kunyit dan yang lainnya.

Baca Selanjutnya...

Ir. Tjokorda Raka Sukawati : Penemu landasan Putar Bebas Hambatan

Sumber: Berita Iptek Topik: Arsitek Tags: , , ,

Ide dari Ir. Tjokorda, didapat setelah melakukan uzlah untuk mendapatkan ilham agar jalan tol yang dibuat nanti tidak menghambat jalur lalu-lintas.

Penemuan landasan putar bebas hambatan ini berkenaan dengan pekerjaan konstruksi di bidang teknik sipil. Lehih khususnya berkenaan dengan upaya mengangkat benda berat dan selanjutnya memutarnya terhadap sumbu vertikal dari konstruksi pendukung tempat benda berat itu diletakkan.

Cara umum yang digunakan di bidang teknologi ini untuk mengangkat dan memutar benda berat adalah dengan memakai teflon (merk dagang) dan menggunakan alat pengangkat yang berada di luar konstruksi dan dongkrak hidrolik yang berdiri di atas rel atau rol agar dapat memutar benda tersebut. Metode semacam ini memerlukan konstruksi peralatan pengangkat dari baja yang sangat berat dan mahal.

Baca Selanjutnya...


Jumat, 24 April 2009

R Umar Hasan Saputra Penemu Formula Nutrisi Esensial Pengganti Pupuk

Bogor-RoL -- Guna mendapatkan gambaran gamblang mengenai formula nutrisi esensial atau "water stimulating feed" (WSF) yang ditemukan R Umar Hasan Saputra, alumni sekaligus staf pengajar Institur Pertanian Bogor (IPB), yang diklaim dapat menghemat penggunaan pupuk, sehingga dengan nutrisi itu dapat membuat Indonesia bisa berswasembada pangan tahun 2008, secara kelembagaan, IPB akan mengundang yang bersangkutan.

"Di IPB ini `kan lekat dengan tradisi penelitian, sehingga saya belum bisa memberikan komentar karena belum mendapat laporan rincinya, tapi kita akan coba untuk membuat penelitian tentang hal itu, sekaligus mengundang penemunya, yang juga dari keluarga IPB sendiri," kata Rektor IPB Prof Dr Ir Ahmad Ansori Matjjik, MSc di Bogor, Ahad.

Hal itu dikemukakan kepada ANTARA saat diwawancarai berkaitan dengan penemuan spektakuler sekaligus mengundang kontroversi itu. Atas temuan formula itu, R Umar Hasan Saputra, pekan lalu (6/9) bersama Preskom PT Ciputra Goup, Ir Ciputra, berkesempatan memaparkannya di depan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di kantor kepresidenan.

Malahan, Presiden Yudhoyono sempat melontarkan bahwa atas temuan WSF itu, Hasan Saputra layak dicalonkan untuk dapat meraih penghargaan Nobel. Walaupun temuan itu sudah berkumandang hingga ke Istana Kepresidenan, namun IPB sendiri masih terkesan sangat berhati-hati atas temuan tersebut.

Baca Selanjutnya...

Prof H Djuanda, Penemu Beton Polimer

BETON dalam pengertian umum adalah campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen bercampur air. Tetapi, tanpa menggunakan semen Prof Ir H Djuanda Suraatmadja melakukan penelitiannya sampai akhirnya terciptalah bahan bangunan baru yang disebut beton polimer. Hasilnya?

"Ternyata cukup bagus dan sampai sekarang tidak pernah ada keluhan," kata Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Rektor Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung itu mengungkapkan berbagai uji coba lapangan sekaligus implementasi hasil temuannya.

Ide dasar penelitian beton polimer pada awalnya berdasarkan pemikiran ingin mencari beton yang dalam hal-hal tertentu memiliki sifat lebih baik dari beton semen. Ternyata dari literatur diketahui, polimer memiliki sifat seperti semen.

Polimer adalah suatu zat kimia yang terdiri dari molekul-molekul yang besar dengan karbon dan hidrogen sebagai molekul utamanya. "Bahan polimer berasal dari limbah plastik yang didaur ulang, kemudian dicampur dengan bahan kimia lainnya," kata penerima Piagam Penghargaan Menteri Pengawasan Lingkungan Hidup (1983) itu.

Baca Selanjutnya...

Program Virtual Doctor Ciptaan Siswa SMA Juara di IPCO

Dua siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Pribadi Depok, Jawa Barat, mengharumkan nama Bangsa Indonesia dengan meraih medali Emas dalam Olimpiade Internasional Project Komputer di Turkmenistan 15 November lalu.
Mereka adalah Dirgantara Reksa Ginanjar dan Muhammad Ironnanda Kurnia. Keduanya merupakan siswa kelas 1 SMA Pribadi yang berhasil meraih medali emas sebagai team penemu program komputer virtual doctor. "Software ini kita kirim ke ajang International Computer Project Olympiad (ICPO) di Ashgabat, Turkmenistan dan menang," kata Dirgantara di Jakarta, Sabtu (22/11).
Program ini menurut Dirgantara dapat mendeteksi penyakit dalam tubuh manusia dengan cara memasukan data kondisi badan saat mengalami suatu gejala sakit. Penyakit itu antara lain demam berdarah, influenza, typhus, diare dan rabies. "Kita mendisain suatu program yang bisa mendeteksi penyakit dalam tubuh. Cara kerjanya dengan mendeteksi gejala-gejala dalam tubuh kita," katanya.

Baca Selanjutnya...

Joko Sasmito, Penemu Biochip

Oleh: Irma Tambunan

Ilmu pengetahuan mampu menjelaskan hal-hal yang semula dianggap tak mungkin
menjadi mungkin. Melalui ilmu pengetahuan pula Joko Sasmito berhasil menciptakan biochip, yang dalam perkembangannya sangat bermanfaat bagi dunia
kedokteran. Semua berawal dari Siklus Kaifa.

Sejumlah produk teknologi yang bermanfaat untuk kesehatan telah dibuatnya bersama kelima anaknya. Alat-alat ini antara lain pengetes gelombang otak, pengetes emosi diri, pengetes penyakit kanker getah bening dan kanker hati, magnetic resonance imaging (MRI), alat pemeriksa saraf, otot, dan jantung, serta modem. Produk yang disebut terakhir ini belakangan direncanakan untuk diproduksi dalam jumlah lebih banyak. Produk ini sendiri merupakan hasil
penelitian selama delapan tahun oleh keluarga Joko bersama sejumlah tetangga yang tergabung dalam santri Isiteks (Islam Teknologi dan Seni) di Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penemuan-penemuan teknologi di bidang kedokteran ini sebenarnya bukanlah tujuan awal Joko. Mantan Dosen Kimia di Universitas Gadjah Mada ini bersama sejumlah santri semula bermaksud menciptakan alat-alat elektronik mini yang dapat menghemat ruang.

Baca Selanjutnya...
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0601/26/Sosok/2373988.htm

Syahrul Yondri Penemu Cabe Kopay

Oleh: Syofiardi Bachyul JB/ PadangKini.com

DI ATAS sepetak lahan kecil di tengah ladangnya yang luas pada 2005, Syahrul Yondri, 43 tahun, petani cabe di Kelurahan Koto Panjang, Kenagarian Lampasi, Payakumbuh menanam 150 batang cabe merah keriting.

Biasanya di ladangnya yang luasnya 2 hektare, ia menanam lebih seribu rumpun cabe. Namun panen cabenya baru saja digagalkan virus kuning yang dibawa serangga mirip kupu-kupu yang diberi nama virus kutu kebo.

Seluruh daun cabenya menguning dan tidak sempat berbuah. Bukan cabenya saja yang terkena, tetapi juga cabe-cabe milik petani di Limpasi, hampir semuanya gagal panen.

Apalagi virus kutu kebo tersebut tahan berbagai pestisida yang disemprotkan petani.

Akhirnya Syahrul berinisiatif melakukan penelitian kecil-kecilan mencari cara menyingkirkan virus yang dibawa si kutu kebo. Ia mulai mempersiapkan lahan untuk ditanami cabe untuk sarana penelitiannya. Ia menanam 150 cabe keriting lokal.

"Saat cabe saya diserang, saya amati, hama kutu kebo itu sepertinya tidak tahan panas matahari, kalau cahaya matahari sedang terik, dia berlindung di bawah daun, makanya saya membuat cara agar hama di balik daun itu kena cahaya," katanya

Baca Selanjutnya...

Lithium Tipis dari LIPI

Senin,03 September 2007 15:35

Baterai lithium yang dipro­duksi oleh tim LIPI di Puslit Fisi­ka, hingga berhasil dipatenkan pada Juni lalu, total energi yang mampu disuplai mencapai 3,6 volt untuk satu sel. Rencananya dalam waktu dekat, beberapa percobaan akan dibuat untuk membuat energi suplal ini mampu memenuhi kebutuhan sebuah perangkat elektronik dengan total daya hingga 50 watt.

“Kami sangat bangga dengan penemuan ini, dan rencananya ke depan, tim LIPI akan menja­ring beberapa perusahaan dan investor untuk memproduksi secara massal,” katanya.

Keunggulan lain bateral lithi­um ini, jumlah lithium yang menghantarkan arus di dalam setiap sel angkanya lebih besar 0,3 kali dibandingkan jenis lithi­um pada umumnya. Hasil perhi­tungan yang diperoleh diketahui bahwa perpaduan materi tersebut mampu menambahkan jum­lah lithium pada angka 1,33-1,37.

Peran lithium pada angka yang lebih besar dari satu ini, kata Bambang, mengindikasikan bahwa jumlah arus yang mampu disuplai lebih banyak 0,3 diban­dingkan biasanya yang hanya bernilai satu. Tentu saja hal ini akan meningkatkan kemampuan baterai sebagai media penyim­pan energi listrik.

Kelebihan lain baterai produksi LIPI ini adalah cukup ri­ngan dan elastis seperti kertas. Untuk membuat lithium dan un­sur lainnya bisa lengket menjadi satu dan bisa digunakan sebagai baterai tim menggunakan eva (etilen venil asetat). Eva ini ber­fungsi seperti lem perekat setiap unsur. Dalam bahasa komposit­nya disebut sebagai bahan ber­basis polimer.

M Rivai Penemu Electronic Nose

Senin, 06 April 2009 14:19
Alat yang diciptakan oleh Dr Muhammad Rivai ST MT (dosen Teknik Elektro FTI - ITS) ini mampu menggantikan fungsi indra penciuman manusia. Terutama dalam mengenali, mengidentifikasi, dan menganalisa aroma tertentu. Memanfaatkan pola-pola algoritma neural network, temuan ini bisa jadi merupakan satu inovasi penting dalam dunia industri dan kedokteran.

Kampus ITS, ITS Online - Ide dari inovasi ini, menurut Rivai adalah iklan rokok yang menayangkan bagaimana seseorang bisa mengenali kualitas tembakau hanya dengan menciumnya. Rivai mengaku, usai menonton iklan tersebut, muncul pertanyaan iseng dalam benaknya,"Bagaimana nantinya kalau mereka (yang bertugas mencium, Red) sakit atau tidak mood? Apakah analisa ciumannya tetap bisa diandalkan?".

Dari pertanyaan iseng inilah kemudian Rivai menuai ide untuk membuat electronic nose. Konsep yang ia ajukan adalah alat pencium elektronik yang mampu menghasilkan analisa akurat tanpa terpengaruh oleh faktor yang mungkin diderita oleh indera penciuman manusia. Jadi, tak heran bila nantinya alat ini diharapkan mampu menggantikan fungsi hidung dalam berbagai kebutuhan industri dan analisa kesehatan.

Baca Selanjutnya...

Seorang Mahasiswa Indonesia di Australia Raih Paten Internasional

Selasa, 15-05-2007 13:41:53 oleh: Stevan Ramadhan Tambah GambarKanal: Iptek

Mahasiswa Indonesia di Universitas Queensland, Arief Indrasumunar, mendapatkan paten internasional atas keberhasilan penelitiannya melakukan kloning tiga gen yang berperan dalam pembentukan "root nodule" pada tanaman kedelai.

"Saya sebagai inventor (penemu) saja, dan hasil penelitian saya itu dipatenkan UniQuest (perusahaan subsidiari Universitas Queensland-red.) secara internasional pada Desember 2006," katanya kepada Antara yang menghubunginya dari Canberra, Minggu.

Peneliti Balai Besar Penelitian Bioteknologi Pertanian Bogor yang sedang merampungkan pendidikan doktoralnya di Sekolah Biologi Terpadu UQ dengan beasiswa Pemerintah Australia (ADS) itu mengatakan, "root nodule" adalah organ yang terbentuk pada akar kacang-kacangan sebagai hasil simbiosisnya dengan bakteri "Rhizoblum".

"Di dalam 'root nodule' inilah terjadi fiksasi nitrogen sehingga tanaman kacang-kacangan tidak lagi memerlukan tambahan pupuk nitrogen untuk pertumbuhannya," kata Arief yang merampungkan pendidikan strata satunya di UGM Yogyakarta itu.

Penelitian ketiga gen ini, katanya, sudah dipatenkan UniQuest secara internasional di negara-negara penghasil utama kedelai di dunia, seperti Australia, Amerika Serikat, Kanada, Brazil, China, India, Indonesia, Italia, Spanyol, Rumania, Argentina, Rusia, Thailand, Vietnam, Jepang, dan Malaysia.

Menanggapi kesuksesan mahasiswa Indonesia ini, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Canberra, Dr.R.Agus Sartono, MBA mengatakan, keberhasilan Arief Indrasumunar ini sangat penting dan membanggakan.

"Sebagai bentuk penghargaan dan kebanggaan, saya akan undang beliau untuk menghadiri upacara Kemerdekaan RI nanti di Canberra," kata Agus yang sedang mendampingi rombongan Universitas Hasanuddin (Unhas) berkunjung di Brisbane.

Sementara itu, dalam penjelasan Arief sebelummya dalam penerbitan Perhimpunan Mahasiwa Indonesia di Australia (UQISA News), Arief mengatakan, pemanfaatan simbiosis antara tanaman dengan bakteri Rhizoblum merupakan pilihan yang tepat untuk meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

"Prospek pemanfaatan paten ini juga sangat baik karena penggunaan penemuan ini dapat meningkatkan kemampuan pembentukan 'root nodule' dan fiksasi nitrogen secara nyata baik di tanah yang subur maupun tandus," kata kandidat doktor kelahiran Pacitan, 17 Januari 1964 yang menekuni riset tentang genetiks molekuler tanaman itu.

(Sumber: isekolah.org)

Selamat Datang


Ahlan wa sahlan