
Setelah setahun meneliti, akhirnya Subagio berhasil memodifikasi tepung gaplek menjadi bahan yang kaya manfaat. Temuannya diberi nama Modified Cassava Flour (Mocal), yakni tepung ubi kayu termodifikasi.
Apa bedanya dengan tepung gaplek? Subagio menerangkan, tepung gaplek, pembuatannya lebih sederhana. Yakni, ubi kayu dikeringkan, lalu digiling menjadi tepung. “Kalau Mocal, melalui beberapa proses kimia,” katanya. Di antaranya, ubi kayu difermentasikan dulu. “Difermentasikan di sini bukan berarti dibuat tape lho,” katanya. Setelah itu, dikeringkan. Mengeringkannya, 3/4 menggunakan matahari. “Kita juga menggunakan alat pengering hibrida agar terjamin hieginitasnya,” katanya.
Setelah dikeringkan, ubi ketela itu akan berbentuk chips (seperti keripik). Selanjutnya, baru digiling, diayak (disaring), dikemas menjadi produk tepung serbaguna.
“Bedanya dengan tepung gaplek, kalau tepung gaplek bau ketelanya masih dominan sehingga kadang baunya apek,” katanya. “Tapi, tepung Mocal kami cita rasa ketelanya hampir nggak ada. Sekitar 70 persen rasa singkongnya hilang,” jelas pria yang juga berhasil meneliti koro sebagai pengganti kedelai dan telah diterapkan di Afrika Selatan itu.
Berkat proses kimia yang diterapkan pada Mocal, Subagio berhasil menjadikan tepung gaplek memiliki tingkat viskositas (kekentalan) dan tingkat elastisitas adonan yang tinggi. “Kalau tepung gaplek itu tidak bisa dijadikan bahan pembuatan kue, tepung Mocal buatan kami bisa,” kata bapak satu anak itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar